Rabu, 03 Oktober 2018

Audi biru

Kisah buruh sore hari...
"Lah ini gak ada pulang?", kata mba Nuy pas masuk ruangan sambil nyelonong ke mesin absen cuma buat dapet ucapan 'thank you' dengan nada membosankan. Tapi daripada gak absen nanti diomelin sama mba Ika yang mitosnya akan mengeluarkan api dari mulutnya saat ada yang gak absen. Wkwkwkwk maaf mba.
Lanjut ah...
Sambil nyender atau lebih tepatnya setengah rebahan di singgasana gue yang lumayan keras namun nyaman menurut gue dan kedua tangan yang terus menerus menyekrol layar hp baru gue (eh gak baru banget juga sih) tanpa arah, gue pun nyeletuk, "lagi nunggu suami lah, mba".
Dasar lidah tak bertulang. Ngomong seenaknya. Gak tau apa kalo itu bakal jadi bahan bully-an empuk dari mbak-mbak yang sekarang ada disitu. Walaupun gue tau bully-an itu tanda kasih sayang (what? Darimana sejarahnya?).
Dan seperti doa para jomblo yang berharap malam minggu hujan deras. Dan memang apa yang terjadi sesuai prasangka setiap manusia. Satu bully tercetus. "Maya dijemput suami juga toh?" mba Nuy mengeluarkan jurus pertama. Dan sepertinya dua mbak yang lain itu, sebut saja berinisial mbak Ika dan teh Lela, mulai senyum-senyum.
Karna gue gak mau kalah sebelum berperang, akhirnya gue melakukan perlawanan. "Iya dong," kata gue nyombong tanpa pikir panjang. "Masa? Dijemput sama yang mana?" kata mba ku yang belum nyampe klimaks dalam bully-an nya. "Sama beat (merk motor)? Sama viksion (ini merk motor juga)? Atau sama yang mana nih?" lambemu itu mba... Dikata gue play girl yang cantik dan punya body aduhai kali yak sampe punya cowok atau suami yang amit-amit banyak gitu.
Dan gak tau dapet ilham atau wahyu (itu nama temen gue waktu esde semua. Apa kabar ya mereka? *loh 😂), gue menjawab seenaknya lidah gue aja yang bosen nelen pait. "Pake Audi biru dong, mba".
Entah kenapa tercetus nama mobil super mewah itu (menurut gue warga kismin)? Tapi kalo soal warna, mungkin karna gue suka warna biru (please, gak ada yang nanya) jadi apapun maunya warna biru.
Si mba Ika yang bibirnya tipis kayak pembalut yang harganya seribu langsung ketawa dengan jidat berkerut heran. Yang lain pun ikutan protes.
Lah pada ngapa yak? Apa karna ke-tidakjelasan 'halu' gue 😂.
Ya udahlah namanya juga mulut. Terkadang asal jeplak cuma buat sekedar perlawanan saat di bully. Tapi jadi heran aja. Tau darimana gue soal merk mobil mahal? Gue juga gak terlalu suka mobil mewah (karna gak bisa beli wkwkwkwk).
Jadilah gue pajang #audibiru disetiap status dan akun gue. Gak penting juga sih sebenernya. Sama gak pentingnya kayak kalian baca cerita gue ini (yakin ada yang baca?) *angkat bahu.
Ya udahlah yang gue tau pasti. Itu semua cuma sekedar guyonan yang gak perlu dibawa perasaan atau dihadapi dengan emosi. Just enjoy the life...

Rabu, 22 Agustus 2018

Salahkah???

Saat itu kelas tengah kosong.
Tak ada satupun yang mengisi kekosongan tersebut. Sama seperti hatiku yang sudah kosong dari angan tentangnya.
Tentang dia yang mengkhianati kesetiaan ku, tentang dia yang menyia-nyiakan cintaku. Tentang dia yang hanya melihatku dengan nafsu dan mencampakkanku hanya karna menolaknya.
Itu sebuah kisah tragis. Selewat selusin tahun lebih, kisahku kandas.

Tiba-tiba datang seorang pria ke dalam kelas itu.
Seorang pria bertubuh mungil untuk ukuran seorang pria.
Seorang pria dengan wajahnya yang teduh, seperti memancarkan cahaya indah nan menyejukkan.
Seorang pria dengan mata sendu seperti melindungi.
Seorang pria dengan tutur bahasa nan halus dan lembut bagaikan lantunan solawat bagi baginda Rosul.
Jujur. Sejenak aku terpikat.
Bukan karena yang nampak.
Tapi hatiku merasa aku sudah terikat olehnya entah sejak kapan.
Dan bolehkah aku mengatakan sesuatu yang gila?
Aku merasa dia adalah jodohku...